Pekerja Sosial Tuban

masalah sosial – pekerjaan sosial – ilmu sosial

Testimoni TKSK Tambakboyo

“ Ikhlas “ Kunci seorang Pekerja Sosial
Namaku Nanik Yogarini, SE 38 tahun, aku seorang pekerja sosial yang tinggal di Tambakboyo, salah satu Kecamatan di Kabupaten Tuban. Ibu dari dua orang putri yang beranjak dewasa. Putriku yang pertama berusia 17 tahun sekarang duduk di kelas tiga SLTA di Kecamatan, sedang si bungsu berusia 16 tahun kelas dua SLTA di Tuban. Aku seorang pekerja sosial yang malang melintang dalam dunia sosial mulai tahun 2007. Aku harus berjuang antara dunia sosial dan keluarga. Aku juga harus menghadapi isu-isu yang berkembang seputar kehidupanku, termasuk sorotan masyarakat.
Hal itu kuawali saat bergabung dengan Lembaga Kepedulian Masyarakat Bina Sejahtera atau sering disebut dengan LKM BIRA di Kabupaten Tuban pada tahun 2007. Begitu banyak yang ku jalani mulai dari membantu mereka yang terkena musibah bencana alam sampai pada yang memberikan bantuan paket seragam sekolah yang terdiri atas pakaian seragam, sepatu dan peralatan sekolah. Pengguliran kambing dari Dinas Sosial Propinsi, memberikan bantuan tambahan gizi pada balita. Membagi satu paket sembako pada yang membutuhkan juga penyuluhan bagi para penjual sayuran keliling di beberapa kecamatan. Untuk penyuluhan kami bekerja sama dengan Dinas Sosial yang sekarang menjadi Dinas Sosial Tenaga Kerja Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Tuban. Baksos Pengobatan Massal kerja sama dengan Dinas kesehatan. Belum lagi kegiatan-kegiatan yang lain seperti memberikan bantuan jaring kepada nelayan, menjadi panitia Seminar Kewirausahaan, Seminar HIV, Aids dan Narkoba, Penghapusan KDRT dan lain nya yang tidak mungkin aku sebutkan satu persatu.
Sungguh kadang aku sempat bingung saat aku harus membagi bantuan kepada mereka yang membutuhkan karena di satu sisi aku juga harus memikirkan kebutuhan keluarga terutama kedua putriku yang mulai membutuhkan biaya yang lumayan banyak. Karena pada waktu itu suamiku belum mempunyai pekerjaan yang tetap, maka siap atau tidak aku tetap harus bertanggung jawab atas kelangsungan hidup rumah tanggaku.
Kegiatan LKM BIRA tidak hanya fokus di satu kecamatan saja tapi mencakup seluruh kecamatan di Kabupaten Tuban, sedang Kabupaten Tuban terdiri atas 20 kecamatan hal itu membuat aku jadi jarang di rumah, sering pulang malam juga. Belum lagi aku juga harus menghadapi tuduhan miring dari tetangga sekitar karena sering pulang malam, juga dari keluargaku sendiri terutama suami yang belum bisa memahami apa yang aku lakukan.
Aku juga memfasilitasi pelatihan-pelatihan yang bekerja sama dengan Balai Latihan Kerja (BLK) Kabupaten Tuban tanpa biaya sepeserpun dari peserta. Seperti pelatihan Prosesing Pembuatan Roti, Pelatihan Otomotif Sepeda Motor, dan Menjahit. Aku berharap dengan adanya pelatihan itu akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, bukan saja masyarakat yang memperoleh pelatihan itu tetapi bisa memberi andil dalam kegiatan pemberdayaan masyarakat. Aku memang tidak mendapatkan apa-apa tapi aku cukup puas ketika para peserta pelatihan bisa membuka usaha sendiri dengan bekal ilmu yang mereka peroleh. Sehingga sedikit banyak aku juga bisa mengentaskan mereka dari kemiskinan. Pernah juga bekerja sama dengan Dinas Pertanian Kabupaten Tuban memfasilitasi bantuan Alat Pemotong Pisang dan Singkong untuk dibuat keripik.
Dengan Dinas Pendidikan dan Olah Raga aku juga pernah membantu memfasilitasi PAUD yang mau mengajukan izin pendirian dan pengajuan proposal bantuan baik untuk gedung maupun Alat Permainan Edukatif ( APE ). Alhamdulillah, aku sangat bersyukur karena beliau-beliau yang duduk di dinas atau instansi di tingkat Kabupaten mempercayai aku sebagai kepanjangan tangan belaiu tanpa mengurangi rasa hormatku pada dinas atau instansi di tingkat kecamatan.
Keterbatasan ekonomi keluarga bukan halangan bagiku untuk ambil peran dalam kegiatan partisipasi pembangunan, utamanya pada kegiatan pemberdayaan berbasis masyarakat. Apalagi yang bertujuan untuk membantu mengentaskan kemiskinan.Ikut ambil peran dalam pemberdayaan masyarakat akan lebih mudah meningkatkan kesejahteraan masyarakat, bukan saja masyarakat yang memperoleh pemberdayaan itu tetapi sebagai mahluk sosal bisa memberi andil dalam kegiatan mulia tersebut. “Karena itu sebagai mahluk sosial kita harus mau bergotong royong bahu membahu bekerja sosial demi masyarakat. Setidaknya di lingkungan tempat tinggal kita sebelum melangkah Jauh di wilayah yang lebih luas,”
“Sebagai mahluk sosial, hidup bermasyarakat itu sangat penting, dan tidak bisa ditawar-tawar. Itu sebuah keharusan,”Kesadaranku sebagai mahluk social itu pula yang mendasari peran aktifku dalam berbagai kegiatan masyarakat. Aku ingin mengabdi sebisa dan se-mampu yang aku punya.”Mengabdi kepada dan untuk masyarakat itu panggilan Jiwa sekaligus ibadah yang sangat mulia,
Di desaku sendiri aku menjadi pengurus Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa ( LPMD ) tahun 2002 – 2007, Pengurus PKK juga. Belum lama juga tepatnya bulan Oktober tahun 2009 aku memfasilitasi bantuan 100 ekor kambing perguliran dari Dinas Sosial Kabupaten Tuban kepada Wanita Rawan Sosial Ekonomi lewat pembentukan KUBE ( Kelompok Usaha Bersama ). Dengan bantuan kambing itu diakui atau tidak sedikit banyak aku berusaha membantu meringankan sedikit beban ekonomi lingkungan sekitarku.
Aku juga tergabung dalam Forum Komunikasi Pekerja Sosial Masyarakat ( FK-PSM ) Kabupaten Tuban sebagai Wakil Sekretaris. Pekerja sosial memang tidak ada bayaran, juga tidak ada fasilitas, pekerja sosial hanya dibekali semangat dan keikhlasan serta perlidungan dari Alloh SWT.
Meski demikian aku tetap ikhlas jalani semuanya, aku cuma bisa pasrah,berharap dan berdo’a bahwa apa yang aku lakukan akan membawa hikmah bagi diriku dan keluargaku. Baru kujalani beberapa tahun tapi aku merasakan ada sesuatu kebahagiaan dan kepuasan tersendiri manakala orang yang aku bantu merasa bahagia. Meski banyak sisi-sisi kehidupan pribadi yang harus disingkirkan untuk menjalankan tugas sukarelawan.
Setahun kujalani, suamiku ikut tes Perangkat Desa pada tahun 2008 dan alhamdulillah suamiku diterima. Puji syukur ku panjatkan pada-Nya. Aku semakin semangat untuk jalani semuanya. Demikian juga dengan suamiku yang sedikit demi sedikit mulai faham dan mengerti tentang dunia sosial yang aku tekuni. Oiya disamping aku menjadi pekerja sosial sebelum itu aku juga menjadi guru di PAUD mulai tahun 2004. Gajinya memang tidak seberapa tapi aku benar-benar mengabdikan seluruh potensi yang ada di diriku demi anak-anak didikku yang aku anggap seperti anakku sendiri. Aku juga tidak pernah membeda-bedakan mereka dari golongan keluarga mana bagiku mereka sama, mereka butuh perhatian, bimbingan dan kasih sayang. Memang di diri dan jiwa ku sepertinya sudah tertanam rasa itu, rasa untuk saling berbagi dengan sesama tanpa harus membedakan padahal aku sendiri juga dari golongan ekonomi yang pas-pasan.
Alhamdulillah Alloh mendengar do’aku. Dua tahun kujalani tepatnya tahun 2009 ada perekrutan Tenaga Kesejahteraan Sosial kecamatan (TKSK). Aku mengikuti tes dan Alhamdulillah aku diterima. Aku mengundurkan dari PAUD yang selama ini sedikit banyak juga telah membentuk aku menjadi seorang yang sabar dan ikhlas dalam menjalani hidup. Bersama ustadzah-ustadzah ( panggilan guru di PAUD ) kami sering ditempa untuk menjadi seorang manusia yang sabar dan menerima segala sesuatu yang terjadi dengan ikhlas. Ada sepuluh ustadzah di Yayasan yang membawahi PAUD,TK dan TPA. Maka tidaklah berlebihan kalau saya ingin mengucapkan rasa terima kasih yang mendalam kepada semua ustadzah-ustadzah yang sudah memberi kesempatan kepada saya untuk ikut mengabdikan diri di PAUD.
Setelah aku masuk menjadi TKSK aku mengundurkan diri dari guru PAUD, profesi yang sudah aku tekuni selama 5 tahun. Bukan karena gaji atau apa tapi aku takut tidak bisa membagi waktu, aku tidak mau ada yang dikorbankan apalagi anak didikku. Mereka masih begitu lugu, aku merasa sangat berdosa kalau sering tidak bisa masuk karena harus menyelesaikan pekerjaan yang lain.
Sebagai seorang TKSK aku mendapatkan Biaya Operasional yang tidak sebanding dengan tugas sebagai TKSK yang begitu luas belum lagi harus membuat Laporan Kegiatan Triwulan disertai dengan Foto Kegiatan. Aku juga harus turun ke desa mengadakan pendataan PMKS ( Penyandang Masalah Ksejahteraan Sosial ) dan PSKS ( Potensi Sumber Kesejahteraan Sosial ) by name by address, by need yang tentunya itu juga membutuhkan biaya minimal untuk beli bensin. Di Kecamatan ku ada 18 desa jadi minimal dalam satu bulan aku harus turun ke enam desa.
Meski dengan tertatih- tatih aku tetap ikhlas jalaninya. Karena aku yakin segala sesuatu kalau dijalani dengan ikhlas pasti akan memberikan hasil yang maksimal. Aku sendiri sudah menjalani dan sudah membuktikannya.
Diawal memang berat dan sulit untuk menerima karena diawal perekrutan TKSK begitu digembor-gemborkannya gaji yang tinggi dan masuk menjadi PNS namun ternyata kenyataannya tidak begitu. Tapi aku tidak pernah patah semangat dan tetap bersyukur karena sebelum menjadi TKSK pun aku sudah menjadi Pekerja Sosial bahkan tanpa gaji sepeserpun tapi aku tetap menjalaninya dengan tulus dan ikhlas membantu sesama sebisa dan semampuku. Apalagi sebagai TKSK juga pernah mengikuti Pendidikan dan Pelatihan di DODIK BELA NEGARA RINDAM V Brawijaya Malang selama 6 hari. Jadi sedikit banyak apa yang aku peroleh selama pendidikan minimal harus aku dedikasikan terutama untuk diriku pribadiku.
Belum lama ini tepatnya bulan Juni kemarin aku mencoba mencari pengalaman dengan mengikuti seleksi administrasi PSM berprestasi di Tingkat Propinsi. Bukan bermaksud sombong tapi menurut para Dewan Juri, bahwa apa yang sudah aku lakukan sudah memenuhi kriteria sebagai seorang PSM berprestasi namun aku terkendala karena belum pernah mengikuti Diklat Dasar Pekerja Sosial dan kurang lengkapnya administrasi. Jujur aku memang tidak pernah berpikir untuk menjadi seorang Pekerja Sosial Masyarakat ( PSM ) yang berprestasi apalagi di tingkat propinsi karena apa yang aku lakukan semata – mata karena panggilan hati nurani dan aku melakukannya dengan ikhlas tanpa tendensi apapun. Tapi kalaupun aku ditunjuk untuk mewakili Kabupaten Tuban merupakan suatu penghargaan dan juga amanah, jadi akupun tetap berusaha untuk mempersiapkan segala sesuatunya. Namun dengan kegagalan ini aku tidak putus asa dan tidak mengurangi sedikitpun semangatku untuk menjadi seorang pekerja sosial, semua itu aku jadikan pengalaman yang sangat berharga.
Sebagaimana Motto atau semboyan hidupku “ Aku ingin menjadi manusia yang bermanfaat bagi orang lain sebagaimana Hadits yang menyatakan “ Sebaik-baik manusia diantaramu adalah yang paling banyak manfaatnya bagi orang lain “(HR.Bukhori).
Demikianlah sekelumit cerita tentang perjalanan hidupku sebagai seorang pekerja sosial, aku sadar memang ini bukan apa-apa bila dibanding dengan apa yang sudah dilakukan oleh pekerja sosial lain yang tentunya sudah banyak yang mereka perbuat untuk sesama. Aku cuma berharap dengan sedikit cerita tentang pengalamanku ini bisa menjadi motivasi terutama bagi diriku pribadi, akan lebih memberiku semangat, menambah rasa sabar dan ikhlas untuk menjadi pekerja sosial dan semoga bisa menjadi motivasi bagi teman-teman yang menekuni dunia sosial seperti aku.
Bukan maksudku untuk menggurui atau menyombongkan diri, tapi yakinlah dengan keikhlasan kita dalam segala hal apapun itu, apapun profesi kita pasti ada hikmah di belakangnya, itu semua rahasia Alloh SWT. Alloh pasti akan memberikan buah atau hasil atas keikhlasan kita. Dan semoga Alloh SWT selalu memberikan petunjuk dan jalan yang terbaik bagi kita semua, amin 3x.. ….Ya Robbal alamin.

Agustus 3, 2010 Posted by | Potensi dan Sumber Kesejahteraan Sosial | | 4 Komentar